SATUKANAL.com, NASIONAL– Baru-baru ini warganet ramai memperbincangkan ikan Kakatua. Hal ini lantaran adanya unggahan yang menyebut bahwa ikan tersebut tidak boleh dikonsumsi karena penting untuk menjaga ekosistem. Unggahan itu berasal dari akun Twitter @ZOO_FESS pada Senin (15/02/2021) pukul 14.30 WIB. Terlihat jika unggahan ini sudah di retweet sebanyak 8,6 ribu dan mendapat 24 riibu tanggapan.
Menanggapi unggahan itu, Femmy D. Hukom peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyampaikan jika adanya pelarangan konsumsi ikan Kakatua. Namun, ia tetap mengingatkan agar tetap menjaga kelestarian populasi ikan.
Menurutnya, diperlukan upaya pengelolaan dalam menjaga keberlangsungan kelestarian sumberdaya ikan seperti ikan Kakatua. “Apalagi dengan berkurangnya populasi ikan di perairan dikarenakan ikan yang tertangkap adalah ikan yang aka memijah atau belum memjah,” ungkapnya dikutip dari kompas.com (15/02/2021).
Ikan Kakatua sendiri merupakan kan herbivora karea kebiasaan makannya. Ikan ini memiliki peran penting dalam interaksi antara karang dan makroalgae. Ia berperan dalam resiliensi terumbu karang. Kemampuannya yakni mengontrol atau membatasi perkembangan dan pertumbuhan komunitas algae. Sehingga dapat memberikan ruang substrat penempelan bagi lava karang.
Adanya peran ikan Kakatua tersebut, Femmy sepakat dengan peran pentingnya dalam menjaga ekosistem. “Ikan ini perlu menjadi perhatian dalam pengelolaan perikanan. Kecuali, kelompok ikan ini menjadi pelaku bioerose pada karang dan mampu mencipatakn pergantian fase pertumbuhan antara karang dan makro algae” tegasnya.
Berdasarkan penelitian Trane P. Hughes, 2017 disebutkan bahwa ketiadaan ikan herbivora seperti ikan Kakatua pada ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan pertumbuhan makro algae tak terkendali. Sehingga menekan tingkat pertumbuhan, rekruitmen dan kelangsungan hidup terumbu karang. Sedagkan. Ikan herbivora mampu memelihara substrat keras 50-65 persen bebas dari algae dalam ekositem terumbu karang yang sehat.
Ikan Kakatua dapat ditemukan di perairan Pasifik termasuk Indonesia, Samudera Atlantik dan Llaut Mediterania. Adapaun ciri umum ikan Kakatua antara lain:
- Ikan Kakatuaa lebih banyak di siang hari dan hanya sedikit yang aktif di malam hari
- Susunan gigi bergabung emmbentuk semacam flat di rahang atas dan bawah
- Sirip punggung bergabung antara 9 duri keras dan 10 duri lemah
- Tubuh agak lonjong pipih, bentuk moncng membundar dan kepala tumpul
- Perubahan kelamin pada ikan ini mempengaruhi warna
- Ikan muda (betina) rata-rata berwarna abu-abu kecoklatan saat dewasa (jantan) corak warna jad lebih berwarna kontras.
Sementara itu, ikan Kakatua menurut Femmy juga memiliki nilai ekonomi jika sudah diolah menjadi ikan asin untuk dikonsumsi. Kemduian, bagi ikan kecil biasanya dipasarkan dalam kondisi hidup untuk akuarium air laut.
Meski demikian, Femmy megingatkan, penangkapan yang mempengaruhi struktur populasi ikan dipengaruhi oleh ukuran panjang dan bobot, jumlah hasil tangkapan nelayan dan habitat ikan tersebut. “Maka dari itu, penting untuk tidak mengeksploitasi atau menangkap besar-besar ikan Kakatua,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Femmy mengatakan pencegahan pada penangkapan besar-besaran dapat dilakukan dengan membatasi intensitas tangkapan dengan memperkecil ukuran jaring. Sehingga, ikan-ikan berkesempatan untuk bereproduksi.
Penggolongan penangpakan ikan semacam itu disebut growth overfishing dan recruitment overfishing. Recruitment overfishing terjadi jika kegiatan eksploitasi lebih banyak menangkap ikan yang siap memijah atau ikan dewasa mautang gonad. Sedangkan growth overfishing terjadi jika hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan yang belum dewasa atau kecil.
Jenis penangkapan di atas tentu dapat berpengaruh pada populasi ikan di perariran. Untuk itu, penting adanya untuk memperhatikan golongan ikan saat melakukan penangkapan. Sehingga tidak terjadi eksploitasi yang tdak diharapkan.
Pewarta: Adinda
Editor: Redaksi Satukanal